FILSAFAT UMUM
Hellenisme (
tokoh filsafat )
Hellenisme
diambil dari bahasa Yunani kuno Hellenizein yang berarti “berbicara atau
berkelakuan seprti orang Yunani”. Hellenisme klasik: yaitu kebudayaan
Yunani yang berkembang pada abad ke-6 dan ke-5 SM. Hellenisme secara umum:
istilah yang menunjukkan kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya
Yunani dan budaya Asia kecil, Syiria, Metopotamia, dan Mesir yang lebih tua.
Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (masa Alexander
Agung atau meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM. Hellenisme ditandai dengan
fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan menjadi hilang.
Kebudayaan yang berbeda yang ada di zaman ini melebur menjadi satu yang
menumpang gagasan-gagasan agama, politik dan ilmu pengetahuan.
Hellenisme di
bagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Fase
Hellenisme adalah fase yang ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh
orang-orang Yunani. Adapun fase Hellenisme Romawi ialah fase yang sudah datang
sesudah fase hellenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada
masa kerajaan romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani,
antara lain pemikiran Romawi di barat dan di timur yang ada di Mesir dan di Siria.
Fase ini dimulai dari akhir abad ke-4 sebelum Masehi sampai pertengahan abad
ke-6, Masehi di Bizantium dan Roma, atau sampai masa penerjemahan di dunia Arab.
Sebelum
filsafat Yunani muncul, kebudayaa Yunani telah mencitrakan khas berpikir yang
filosofi, sebagaimana mitos-mitos yang berkembang di Yunani adalah bagian yang
menentukan kelahiran filsafat.
Dalam filsafat
Yunani, unsur-unsur agama bersahaja yang sangat kental, antara lain kepercayaan
tentang adanya banyak zat yang membekasi alam dan yang menjadi sumber segala
peristiwa alamiah, meskipundalam bentuk yang berbeda dengan ajaran agama Yunani
sendiri, karena zat yang berbilang dalam agama itu dinamakan “dewa-dewa”,
sedangkan dalam filsafat disebut “akal benda-benda langit”,sebagaimana yang
paham tentang “akal bulan” dengan “akal manusia”.
Ciri pemikiran
filsafat Yunani ialah adanya cara berpikir yang tidak relawan dengan realitas
yang ada atau keberadaan yang benar-benar nyata menurut pemahaman filosofis
bukan eksistensi yang sesungguhnya, karena setiap realitas menyembunyikan
hakikatnya yang paling hakiki, sebagaimana adanya api yang kemudian padam.
Meskipun Plato
dan Aristoteles telah berhasil memadukan pikiran-pikiran filsafat yang
sebelumnya, keduanya tidak dapat melarutkan sama sekali, karena pikiran-pikiran
filsafat tersebut adalah pemikiran bermacam-macam aliran yang boleh jadi
berbeda-beda pandangannya terhadap hidup dan alam ini. Aliran-aliran ini
adalah:
1.
Natural phylosophy dengan Democritas sebagai tokohnya dan
filosof-filosof Lonia, yang menghargai alam dan wujud benda setinggi-tingginya,
2.
“Aliran Ketuhanan” yang mengakui zat-zat yang metafisik, diwakili oleh
“aliran Elea” dan Socrates, yang mengatakan bahwa sumber alam indrawi adalah
sesuatu yang berada di luarnya.
3.
“Aliran Mistik” dengan Pythagoras sebagai tokohnya, yang bermaksud memperkecil
atau mengingkari nilai alam indrawi.
4.
“Aliran Kemanusiaan” yang menghargai manusia setinggi-tinggi dan mengakui
kesanggupannya untuk mencapai pengetahuan, serta menganggap manusia sebagai
ukuran kebenaran.
Aliran-aliran
filsafat tersebut telah mempengaruhi hasil pemikiran filosof-filosof yang
mendatang, bagaimana pun kuat dan besarnya filosof-filosof.
Pada fase
Hellenisme-Romawi, meskipun keseluruhan masa hellenisme-romawi mempunyai corak
yang sama, apabila mengingat perkembangannya, maka dapat dibagi menjadi tiga
masa, dan tiap-tiap masa mempunyai corak tersendiri.
Masa pertama, dimulai dari
empat abad sebelum masehi. Aliran-aliran yang terdapat di dalamnya ialah:
1.
Aliran Stoa (Ar-Riwaqiyyah) dengan Zeno sebagai pendirinya. Ia
mengajarkan agar manusia jangan sampai bisa digerakkan oleh kegembiraan atau
kesedihan (jadi tahan diri dalam menghadapinya) dan menyerahkan diri tanpa
syarat kepada suatu keharusan yang tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala
sesuatu.
2.
Alir epicure, dengan epicure sebagai pendirinya. Aliran ini mengajarkan bahwa
kebahagian manusia merupakan tujuan utama.
3.
Aliran skiptis (ragu-ragu) yang meliputi “ aliran phyro” dan “aliran akademi
baru”. Aliran skeptis mengajarkan bahwa untuk sampai pada kebenarannya, manusia
harus percaya dulu bahwa segala sesuatu itu tidak benar, kecuali sudah
dapat dibuktikan kebenarannya. Ajaran lain ialah bahwa pengetahuan manusia
adalah tidak akan sampai pada kebenaran, atau dengan perkataan lain mengingkari
kebenaran mutlak (objektif)
4.
Aliran eliktika-pertama (aliran seleksi)
Masa kedua, dimulai dari pertengahan abad sebelum Masehi sampai
pertengahan abad ketiga Masehi. Aliran ini terdapat pada masa ini ialah: (1).
aliran peripateki terakhir; (2). aliran stoa baru; (3). aliran epicure baru;
(4). aliran pythagoras; dan (5). aliran filsafat Yahudi dan Plato.
Masa ketiga, dimulai dari abad ketiga. Masehi sampai
pertengahan abad keenam Masehi di Bizantium dan Roma, atau sampai
pertengahan abad ketujuh atau kedelapan di Iskandariah dan timur dekat (Asia
kecil). Pada masa ketiga ini, kita mengenal aliran-aliran; (1). neoplatonisme;
(2). iskadariyah; (3). filsafat diasia kecil, yang terdapat di Aantiochia,
Harran, Ar-ruha, dam Nissibis. Aliran-aliran ini merupakan kegiatan terakhir
menjelang timbulnya “aliran Bagdad” yaitu aliran filsafat Islam.
Diantara aliran-aliran filsafat dari masa ketiga, Neoplanisme-lah yang terpenting
dan yang paling banyak pengaruhnya terhadap filsafat Islam.
Aliran Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir atau rangkain sebelum
terakhir dari fase hellenisme-romawi, yaitu fase mengulang yang lama dan bukan
fase mencipta yang baru. Neoplatonisme ini juga masih berkisar pada filsafat Yunani,
tasawuf timur yang meramu dari masa filsafat yunani serta menggabungkannya.
Oleh karena itu, di dalamnya terdapat ciri-ciri filsafat Yunani yang
kadang-kadang bertentangan dengan agama-agama langit, yaitu agama Yahudi dan
agama Masehi, karena dasar filsafat tersebut ialah kepercayaan rakyat yang
memepercayai sumber kekuasaan yang banyak. Karena sistem pilihan ini pula, di
dalam Neoplatonisme terdapat unsur-unsur Platoisme, Phthagoras, Aristoteles,
Stoa, dan manusia, religiusitas dan keberhalaan.
Uberweg dalam bukunya Geschihte der Philosophie mengatakan bahwa aliran
Neoplatonisme dimulai dari abad pertama Masehi dan berakhir pada pertengahan
abad ke-4 Masehi, sedang menurut penulis lainnya berakhir pada pertengahan abad
ke tujuh Masehi adalah masa aliran Iskandariyah yang mengantikan aliran Neoplatonisme.
Perbedaan kedua aliran tersebut ialah:
1.
Neoplatonisme berkisar pada segi metafisika pada filsafat Yunani, yang boleh jadi
dalam beberapa hal berlawanan dengan agama masehi, sedangkan aliaran Iskandariyah
lebih condong kepada matematika serta alam dan meninggalkan lapangan
metafisika, dan keadaan ini bisa menyebabkan tidak adanya perlawanan dengan
agama Masehi.
2.
Neoplatonisme lebih banyak mendasarkan pikirannya kepada seleksi dan pemaduan,
sedangkan aliran Iskandariyah lebih banyak mengadakan ulasan-ulasan terhadap
pikiran-pikiran filsafat.
Ulasan-ulasan yang sampai kepada kaum muslimin datang dari aliran Iskandariyah
dan aliran-aliran hellenisme-Romawi. Ada tiga ulasan, yaitu:
a.
ulasan dari golongan Peripatetik dari
masa sebelum Peoplatonisme, terutama dari Iskandar Aphrodisias.
b.
ulasan dari aliran Neoplatonisme, terutama dari
Porphyrius; mungkin ulasan ini bisa menjelaskan adanya usaha dari Al-Farabi dan
Ibnu Sina untuk mempertemukan agama dengan filsafat-filsafat.
c.
ulasan dari orang-orang Iskandariyah seperti
Hermias, Stephanus, dan Joannes Philoponos.
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum
Dari Metologi sampai Teofilosofi (Bandung CV PUSTAKA SETIA,2008)
hal., 99-100
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum
Dari Metologi sampai Teofilosofi (Bandung CV PUSTAKA SETIA,2008)
hal., 101-102
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum
Dari Metologi sampai Teofilosofi (Bandung CV PUSTAKA SETIA,2008)
hal., 102-103